Jumat, 20 Februari 2015
Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 6)
Gita berangkat pagi-pagi sekali, tugas kantornya yang harus di laporkan pada Dimas menuntutnya jangan sampai terlambat. Dengan gesit Gita naik Transjakarta menuju kantornya. Syukurlah semalam dia menyelesaikan tugas-tugas rekapan hasil penjualan yang di raih teamnya. meski harus lembur.
Dengan sedikit berlari Gita menuju ruangan Dimas.
"Pagi Pak" Sapa Gita.
"Pagi Git, mana laporannya?" Dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Oh, Jawaban yang sungguh tidak manis, untuk senyuman manisnya ketika memasuki ruangan.
"Ini semua berkas laporan Tahun 2014. Dan planing untuk Tahun 2015 seperti yang Pak Dimas inginkan"
Dimas menerima tumpukan map yang di bawa Gita, membuka map, satu persatu.
Tak ada senyum ramah yang biasa dia tampakkan di pagi hari. Dalam hati Gita menggerutu, kesal. Ingin rasanya dia bertanya ada apa? tapi, siapa dia?? berhak kah bertanya hal pribadi di ruang kerja.
"Kamu boleh keluar" Ucap Dimas singkat. Tapi meninggalkan banyak pertanyaan di hatinya.
"Baiklah, semoga hari anda menyenangkan Pak." Dia meninggalkan ruangan dengan senyum yang sama manisnya ketika masuk tadi.
Dimas mengeluarkan nafas dengan lega, tapi tak di pungkiri sandiwara singkatnya bisa membuat gadis cantik itu mengerti. Bahwa hubungan yang mereka jalin hanya sebatas urusan kerja, di luar itu hanya sebatas persahabatan karena mereka dulu satu SMA. Mungkin kemarin-kemarin dia memberi perhatian berlebihan, sampai seorang wanita salah paham dengan maksud baiknya. Rencana Rara harus di jalankan, supaya tak ada yang merasa menyakiti dan di sakiti.
***
Sejak hari itu sikap Dimas sungguh berbeda, Dia jarang mengajaknya makan nasi goreng pinggir jalan, Bahkan tugas luar kota seminggu yang lalu, Gita tidak di ikut sertakan. Alasannya sungguh aneh, Dia harus mengerjakan data-data yang seharusnya bisa di kerjakan di sela pekerjaaan kantornya. Kekecewaan mulai merasuki hatinya, Dimas sering membuatnya kesal. Benarkah orang seperti itu yang di cintainya. Sebenarnya dia cukup tahu diri, karena Dimas dan Widya sudah bertunangan. Dia mengenang kata Rara. Mungkin ini rasanya.
"Melamun aja Neng" Rara mengagetkannya.
"Gak papa kok, lagi gak enak hati aja" Jawab sekenanya.
"Kenapa?"
"Ga apa Ra,"
"Ya udah, tak tinggal ya?"
Rara meninggalkannya di teras. Dia tahu ini ada hubungannya dengan Dimas. Biar saja Gita merenung, menanagkan hati dan belajar menerima kenyataan.
Rabu, 18 Februari 2015
Satu kata yang berharga.... (Maaf)
Malam ini aku memilih untuk memaafkan. Jujur, ulu hatiku begitu sakit. gejolak hati seakan yang belum rela. Seorang laki-laki dewasa, yang sengaja menipuku. Semua dilakukannya dengan sadar jiwa raga.
Ah...., kenapa kau tega????
Apa salahku padamu? atau kah kau menyimpan dendam sebelum aku mengenal mu. sungguh aku tak mengerti apa niat dan tujuan mu.
Setelah kau berbaik-baik padaku, menyemai benih-benih cinta di hatiku. padahal engkau tahu, ini tak mungkin terjadi. Kau begitu semena-mena memperlakukan kehidupanku. Luka mulai kau sayat pada jiwaku. hingga aku menjadi begitu mudah terjatuh. mulai hari itu tangis begitu mudah kau tumpahkan. Memang kau siapa???? sampai kau merasa berhak menyakiti dan berdusta semaumu.
Deretan derita tak sampai disitu, kau sewenang-wenang mempermainkan jalinan cinta kita. Setahun lebih aku hampir seperti orang gila. Seenaknya kau datang dan pergi meluluh lantakan kepercayaan. setelah ku upayakan sekuat tenaga, untuk rela melepasmu. Lagi-lagi kau kembali hadir meyakinkan aku yang lemah ini. meyakinkan bahwa kau selalu mencintaiku, menyuruhku menanti, padahal kau tahu pasti, itu hanya sebuah dusta yang teramat keji.
Apa yang kau inginkan???
Sampai detik ini, aku masih belum tahu motif apa yang kau pakai? apa iya kau seorang durjana, atau penipu ulung, atau orang gila ???
Dengan segala macam pembenaran, malam ini aku memutuskan memaafkanmu. Tangis ini adalah sebuah upaya keikhlasan, bahwa sebagai manusia biasa aku harus ikhlas pada hal-hal yang memang bukan milikku. Aku harus ikhlas kan segalanya, yang sudah terjadi adalah barisan takdir Allah. bukankah daun yang jatuh atas izin Nya. Sebagai manusia biasa aku berusaha berserah dengan setiap jalan hidupku.
"Untuk EKZA, malam ini aku memaafkanmu setulus hatiku, semoga kerak-kerak benci dihatiku luntur bersama maaf yang ku buka lebar untukmu. Meskipun tak pernah Sekali pun kau meminta maaf padaku. tak apa, bukan kata maafmu yang ku tunggu, tapi lebih pada penjelasan detail kenapa kau begitu tega menghancurkan hidupku, menyakiti kejiwaanku, menoreh luka dalam untukku. kenapa? mengapa?. setelah malam ini ku anggap kau telah mati, mati secara jasad dan ruh. terkubur tanah liat dan ada nama dan tgl lahir 11-04-1984 di atas kayu jati di atas kuburmu. tak ada sedikitpun rasa rindu dan keinginan bertemu. karena bagiku kau telah mati, bersama kenangan dan kedukaan yang ingin kukubur. selamat jalan. jangan pernah lagi hadir dalam hidupku meski hanya sekali saja"
Semoga tak ada dendam dalam hatiku lagi. tak ada rasa benci lagi di hatiku. semoga ringan jalan hidupku menapaki sisa hidupku. Aamiin.........
Langganan:
Postingan (Atom)