Jumat, 20 Februari 2015

Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 6)


Gita berangkat pagi-pagi sekali, tugas kantornya yang harus di laporkan pada Dimas menuntutnya jangan sampai terlambat. Dengan gesit Gita naik Transjakarta menuju kantornya. Syukurlah semalam dia menyelesaikan tugas-tugas rekapan hasil penjualan yang di raih teamnya. meski harus lembur.
Dengan sedikit berlari Gita menuju ruangan Dimas.

"Pagi Pak" Sapa Gita.

"Pagi Git, mana laporannya?" Dengan wajah datar tanpa ekspresi.
 Oh, Jawaban yang sungguh tidak manis, untuk senyuman manisnya ketika memasuki ruangan.

"Ini semua berkas laporan Tahun 2014. Dan planing untuk Tahun 2015 seperti yang Pak Dimas inginkan"

Dimas menerima tumpukan map yang di bawa Gita, membuka map, satu persatu.
Tak ada senyum ramah yang biasa dia tampakkan di pagi hari. Dalam hati Gita menggerutu, kesal. Ingin rasanya dia bertanya ada apa? tapi, siapa dia?? berhak kah bertanya hal pribadi di ruang kerja.

"Kamu boleh keluar" Ucap Dimas singkat. Tapi meninggalkan banyak pertanyaan di hatinya.

"Baiklah, semoga hari anda menyenangkan Pak." Dia meninggalkan ruangan dengan senyum yang sama manisnya ketika masuk tadi.

Dimas mengeluarkan nafas dengan lega, tapi tak di pungkiri sandiwara singkatnya bisa membuat gadis cantik itu mengerti. Bahwa hubungan yang mereka jalin hanya sebatas urusan kerja, di luar itu hanya sebatas persahabatan karena mereka dulu satu SMA. Mungkin kemarin-kemarin dia memberi perhatian berlebihan, sampai seorang wanita salah paham dengan maksud baiknya. Rencana Rara harus di jalankan, supaya tak ada yang merasa menyakiti dan di sakiti.


***
Sejak hari itu sikap Dimas sungguh berbeda, Dia jarang mengajaknya makan nasi goreng pinggir jalan, Bahkan tugas luar kota seminggu yang lalu, Gita tidak di ikut sertakan. Alasannya sungguh aneh, Dia harus mengerjakan data-data yang seharusnya bisa di kerjakan di sela pekerjaaan kantornya. Kekecewaan mulai merasuki hatinya, Dimas sering membuatnya kesal. Benarkah orang seperti itu yang di cintainya. Sebenarnya dia cukup tahu diri, karena Dimas dan Widya sudah bertunangan. Dia mengenang kata Rara. Mungkin ini rasanya.

"Melamun aja Neng" Rara mengagetkannya.

"Gak papa kok, lagi gak enak hati aja" Jawab sekenanya.

"Kenapa?"

"Ga apa Ra,"

"Ya udah, tak tinggal  ya?"

Rara meninggalkannya di teras. Dia tahu ini ada hubungannya dengan Dimas. Biar saja Gita merenung, menanagkan hati dan belajar menerima kenyataan.


Rabu, 18 Februari 2015

Satu kata yang berharga.... (Maaf)



Aku terisak, menangis sejadi-jadinya. Entah lah, amarah yang tersimpan sekian lamanya berujung pada isakan yang memilukan telinga ku sendiri. Derai air mata mengalir begitu deras.
Malam ini aku memilih untuk memaafkan. Jujur, ulu hatiku begitu sakit. gejolak hati seakan yang belum rela. Seorang laki-laki dewasa, yang sengaja menipuku. Semua dilakukannya dengan sadar jiwa raga.
Ah...., kenapa kau tega????
Apa salahku padamu? atau kah kau menyimpan dendam sebelum  aku mengenal mu. sungguh aku tak mengerti apa niat dan tujuan mu.

Setelah kau berbaik-baik padaku, menyemai benih-benih cinta di hatiku. padahal engkau tahu, ini tak mungkin terjadi. Kau begitu semena-mena memperlakukan kehidupanku. Luka mulai kau sayat pada jiwaku. hingga aku menjadi begitu mudah terjatuh. mulai hari itu tangis begitu mudah kau tumpahkan. Memang kau siapa???? sampai kau merasa berhak menyakiti dan berdusta semaumu.

Deretan derita tak sampai disitu, kau sewenang-wenang mempermainkan jalinan cinta kita. Setahun lebih aku hampir seperti orang gila. Seenaknya kau datang dan pergi meluluh lantakan kepercayaan. setelah ku upayakan sekuat tenaga, untuk rela melepasmu. Lagi-lagi kau kembali hadir meyakinkan aku yang lemah ini. meyakinkan bahwa kau selalu mencintaiku, menyuruhku menanti, padahal kau tahu pasti, itu hanya sebuah dusta yang teramat keji.

Apa yang kau inginkan???

Sampai detik ini, aku masih belum tahu motif apa yang kau pakai? apa iya kau seorang durjana, atau penipu ulung, atau orang gila ???


Dengan segala macam pembenaran, malam ini aku memutuskan memaafkanmu. Tangis ini adalah sebuah upaya keikhlasan, bahwa sebagai manusia biasa aku harus ikhlas pada hal-hal yang memang bukan milikku. Aku harus ikhlas kan segalanya, yang sudah terjadi adalah barisan takdir Allah. bukankah daun yang jatuh atas izin Nya. Sebagai manusia biasa aku berusaha berserah dengan setiap jalan hidupku.

"Untuk EKZA, malam ini aku memaafkanmu setulus hatiku, semoga kerak-kerak benci dihatiku luntur bersama maaf yang ku buka lebar untukmu. Meskipun tak pernah Sekali pun kau meminta maaf padaku. tak apa, bukan kata maafmu yang ku tunggu, tapi lebih pada penjelasan detail kenapa kau begitu tega menghancurkan hidupku, menyakiti kejiwaanku, menoreh luka dalam untukku. kenapa? mengapa?. setelah malam ini ku anggap kau telah mati, mati secara jasad dan ruh. terkubur tanah liat dan ada nama dan tgl lahir 11-04-1984 di atas kayu jati di atas kuburmu. tak ada sedikitpun rasa rindu dan keinginan bertemu. karena bagiku kau telah mati, bersama kenangan dan kedukaan yang ingin kukubur. selamat jalan. jangan pernah lagi hadir dalam hidupku meski hanya sekali saja" 
Semoga tak ada dendam dalam hatiku lagi. tak ada rasa benci lagi di hatiku. semoga ringan jalan hidupku menapaki sisa hidupku. Aamiin.........

Senin, 12 Januari 2015

Aku Cemburu Pada Kekasihmu. (Part 5)



Ketika cinta, membutakan mata 

.......

''Aku udah bilang sama Pak Dimas tentang perasaanku, Ra" Gita dengan riang memasuki kamar Rara.

''Yang bener kamu?" Rara terkaget.

"Kamu itu sudah  gila, Git." Dia begitu tidak menyangka Gita akan senekad itu.

"Lalu apa reaksi Dimas?" Rara penasaran.

"Pak Dimas tidak kaget, dia biasa saja. Mungkin juga dia mencintaiku." Binar matanya tak bisa berbohong, bahwa kini hatinya sedang berbunga.

Gita masih saja bercerita banyak lebar, Sementara lawan bicaranya sudah tidak fokus lagi mendengar setiap ucapan sahabatnya itu. Yang dipikirannya, Bagaimana kalau Gita begitu mencintai lelaki itu, yang sebentar lagi memiliki istri. Tak mungkin dia bahagia dengan kondisi seperti ini. Dimas sebentar lagi menikah. Tapi, masih saja Gita bermimpi. Rara lebih berpengalaman, dia tahu apa yang akan di rasakan jika kelak Dimas meninggalkannya. Rara pernah patah hati. Pernah hampir depresi, karena kekasihnya tiba-tiba memutuskan tanpa alasan yang masuk akal. Gita tak boleh merasakannya.


"Rara......"

''Iya...iya.." Rara terhenyak dari lamunan.

''Gita, ayolah lupakan saja kisah cintamu dengan Dimas. Dia akan menikah. Kamu tak bisa mengharapkannya" Rara kali ini membujuk.


Hening.......

Gita mengira Rara akan menyukai tindakannya. Bukankah selama ini sahabatnya itu paling mendukung dia memiliki pasangan.

'' Kamu itu kenapa sih, Ra. Kata kamu aku harus mulai menata masa depan. Memilih calon suami. Aku sudah mendapatkannya malah kamu kaya gini. Mengecewakan sekali" Gita keluar dari kamar itu dengan muka marah dan bersungut-sungut.

Rara menopang dagu, heran dan pengen tertawa. Lalu langkah kakinya menuju kamar sahabatnya.

''Gita, jangan marah dong, maksudku kan baik" Rara di balik pintu kamar Gita.

"Sudahlah Ra. Biarkan aku sendiri. Kamu tidak mendukung sama sekali." Suara di balik pintu itu.

 ***
Pertemuan rahasia

Cafe Pelangi 19.00

Seorang pelayan mengantar secangkir coffelatte bergambar hati di atasnya dan segelas juice jeruk segar.
Di ruangan lebar itu, tampak ramai pengunjung. Dimas dan Rara duduk di sudut ruangan. Sayup lagu Kejujuran hati milik Kerispatih mengalun pelan.

"Jadi apa yang ingin kamu rencanakan, Ra" percakapan itu di mulai Dimas.
Rara sudah mengenal Dimas, mereka sempat BBM-an untuk mengatur pertemuan ini

"Kapan pertunangan Pak Dimas di laksanakan?"

"Lusa. Gita tau itu"

"Emang gila ya tuh si anak satu"

Dimas terkekeh, tertawa kecil melihat kelakuan Rara yang ceplas ceplos.

''Mulai sekarang sedikit jaga jarak dengan Gita, Mas Dimas! sedikit menghindar saja. Untuk sementara waktu tak perlu kerja yang melibatkan hanya kalian berdua. Bicarakan mengenai pertunangan dan tampakkan Anda begitu mencintai kekasih."


"Memangnya harus?" Tanya Dimas sambil menyruput coffelatte kesukaanya.

"Harus!" Jawab Rara bersemangat.

 ''Saya hanya mencoba membuat sahabat saya tidak patah hati"

Dimas mengerti, gadis manis satu kantornya, tak mudah menyerah. Dan orang yang ada di depan lebih realistis dan paham apa yang sedang terjadi. Dimas mendengus, suara nafasnya terdengar lelah. Baru kali ini, urusan wanita membuatnya pusing.

''Mas Dimas, pusing ya? Saya juga Pak" Segelas juice jeruk di teguk wanita itu hingga menyisakan separo gelas.

"Menurut kamu, rencanamu bakalan berhasil?"

"Yups, Gita itu harus di provokasi Pak, saya tahu kelakuan asli gadis itu. Kalau Anda gak tegas, nanti dia terlalu kebawa perasaan"

Sedikit banyak Dimas mulai memahami karakter bawahannya itu. Dia gadis yang baik. Dan harus di tangani dengan baik supaya tidak terluka.

"Lagian, kenapa sih Gita sukanya sama Mas Dimas yang udah mau punya bini"

"Mungkin saya paling tampan di kantor" Suara lelaki itu di iringi tawa terbahak-bahak.

Pertemuan rahasia itu akhirnya selesai pukul 21.00, Pengunjung masih ramai. Tapi Rara dan Dimas harus pulang. Sudah malam.

"Good luck ya, Pak" Lambaian Rara di parkiran cafe itu

Ibu jari Dimas dan senyuman lelaki itu menjawab kata-kata dari Rara.



(Bersambung...)




Senin, 05 Januari 2015

Lelah (Edisi curhat)




Jujur, terkadang aku lelah menapaki jalan hidup. Semua terasa membosankan dan menjemukan. Mungkin ini terjadi karena aku terlalu berkutat dengan dunia sendiri. Tidak membuka diri dalam kegiatan sosial yang memerlukan keikhlasan dan berbagi. Sungguh meletihkan mengejar apa itu ambisi.

Bahkan pernikahan yang bernilai ibadah, ketika salah mengartikan dan memposisikan, menjadi hal yang rumit dan menyedihkan. Barangkali aku kelelahan mengejar ambisi. Sampai aku tertatih menapaki jalan yang seharusnya indah.

Atau soal keuangan. ah....., harus jujur kalau aku tidak ahli menata keuangan. berapapun bisa habis kalau aku yang pegang. aku juga kurang disiplin dalam kegiatan sehari-hariku. mungkin inilah waktunya aku memperbaiki kualitas hidupku sendiri. semoga semuanya mudah dan lancar.

Sensitif.
ini adalah penyakitku. semoga waktu beriring membuatku lebih sabar, lebih tegar dalam menghadapi apapun. tidak mudah bersedih, tidak mudah menangis, tidak mudah tersinggung, tidak mudah buruk sangka.

Allah tolong bimbing  aku.......


Menjadi pribadi yang tangguh dan menjadi sosok yang lebih kuat. Aku ingin mendiri, tidak bergantung pada orang lain. Hanya Allah tempatku merundung sedih dan bersujud simpuh. Semoga Allah memudahkan aku untuk tekun beribadah, rajin mengerjakan sunah, dan tak jemu berkawan dengan Al-Quran. Semoga Allah menguatkan kala ujian-ujian itu hadir menghampiriku. Aku percaya Allah akan memberi yang terbaik untukku.

Minggu, 04 Januari 2015

Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 4)



''Gita, tolong jadwal kita di Jogjakarta kamu atur ya. Kita akan  promosi majalah kita terbaru. Kamu dan Irvan akan ikut dalam acara promosi kita di Jogjakarta" Dimas menghampiri Gita di meja kerjanya.

"Siap Pak Bos" Jawab Gita bersemangat.

"Siip deh. Jangan lupa, cari penginapan di tengah kota saja, biasanya ada penyewaan mobil rental. Kegiatan di kota Jogja lebih enak menggunakan mobil rental saja, sekalian sopir yang tahu daerah sekitar, jadi tidak repot"

Giita mengangguk pertanda meng -iya kan.

Dimas pun berlalu meninggalkan ruangan dengan enam meja tersebut. Sementara Gita berbunga-bunga oleh kedatangan Dimas. Selama satu minggu bersama laki-laki yang di kagumi. Ah, pasti menyenangkan sekali.
Gita pun melanjutkan kerjanya di depan komputer, mengatur jadwal untuk kegiatan minggu depan.
Gita tak memungkiri kecemburuan pada kekasih Dimas jika sampai di kota pelajar itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan tak lagi dapat di ajak kompromi.

***

Hari ini team yang di ketuai Dimas mulai beraksi. Dengan menggunakan kereta api, mereka berangkat dengan semangat. Maklum......, tiga bulan sekali acara keluar kota di adakan. Irvan yang baru kali ini ikut tugas keluar kota tampak gembira. Se-sampainya di kota Jogjakarta mereka di jemput sebuah mobil mewah berwarna hitam. Di dalam mobil tampak wanita cantik mengemudi dengan anggun. Widya turun dari mobil dan menyapa mereka semua.
Cuaca cerah menyambut mereka, sinar mentari menghangatkan kulit.
Suasana hati Gita berubah drastis. Tidak seperti cuaca pagi ini yang cerah. Kecemburuan mampu menghilangkan senyum cerianya. Sungguh menyebalkan untuknya.

Di dalam mobil Widya ramah menyapa Gita. Duduk di kursi belakang, dua wanita cantik itu tampak kontras berbeda. Widya dengan keanggunan dan cara bicara yang halus, menjelaskan beberapa wisata di kota pelajar. Bahkan Widya dengan suka rela berbagi cerita bagaimana dulu dia dan Dimas bertemu. Ceritanya begitu renyah dan menyenangkan. Wajah Gita tetap tersenyum, meski di paksakan. Walaupun begitu, Gita tak pernah minder dengan apa yang di milikinya. Gayanya yang trendy dan modis membuatnya tampak lebih percaya diri. Kecerdasannya dan kegesitan dalam bekerja pun tak di ragukan lagi. Dengan hal-hal itu, dia yakin Dimas juga menyukainya. Hanya dia kalah start di banding Widya.

Kecemburuannya berapi-api. Tapi tak mungkin rasanya mengungkapkan apa yang dia rasakan. Gita sendiri tidak yakin, apakah dia mampu menyakiti wanita cantik di sebelahnya.

Tapi, bagaimana dengan perasaannya? siapa yang akan peduli??? Hanya dia sendiri yang peduli.

''Hari ini kita tidak ada acara Pak. Jadi hari ini kita jalan-jalan saja?" Gita membuka file pekerjaannya di laptop. Ini hari minggu, semua kantor tutup.

"Oke" Jawab Dimas cepat. Dia sedang menyetir, dari tadi dia tak banyak bicara.

"Asyik....." Irvan kegirangan. "Nanti kita ke pantai aja mbak Widya, sudah lama tak lihat laut." Imbuhnya sambil menoleh kebelakang.
Widya hanya mengangguk dan tersenyum saja.

Hari itu..... tidak ada kegiatan kerja.
Widya bergandeng tangan dengan Dimas di sepanjang pantai. Irvan mendekati bibir pantai dan bermain air. Dan Gita..., duduk di kursi kayu dengan payung besar di atasnya. Menikmati es kelapa muda. Malas kemana-mana.


***

Hari kerja mulai tiba. Dimas, Irvan dan Gita mulai promosi ke kantor pemasaran di Jogjakarta, semua berjalan lancar. Presentasi Gita di depan relasi kantornya begitu meyakinkan. Semua tampak senang dengan pemaparan yang di kemukakan Gita tentang majalah wanita yang sedang di promosikannya. Sesekali guyonan Gita mampu memecah ketegangan saat presentasi sedang berlangsung. Dimas tampak puas dengan kegiatan hari ini. Irvan pun begitu antusias menjelaskan produk di depan presentasi. Beberapa sample majalah di bagikan kepada peserta rapat.

Kegiatan sudah selesai, semua urusan di selesaikan di ruangan khusus.
Tiba-tiba...

''Pak Dimas....." Gita mendekati Dimas di ruang yang di khususkan untuk mereka. Seusai kegiatan siang itu.  Irvan, pergi sebentar untuk keperluan kegiatan siang itu.

"Iya...., kenapa, Git" Dimas menoleh padanya.

"Apa salah kalau aku suka sama Pak Dimas??" Gita berbicara sangat pelan. Sedang gejolak hatinya berdegub kencang tak karuan.

"Maksudnya" Laki-laki tak begitu paham apa yang di bicarakan Gita.

"Aku mencintaimu" Gita gemetar. Tak percaya dia sanggup mengatakan pada Dimas.

Deg!!!!!!!! Jantung Dimas seakan copot mendengar pernyataan itu. Dia tahu Gita itu cantik dan cerdas. Tapi..., ada Widya yang telah dulu di cintainya. Dimas lemas.

"Gita......, kamu tahu sudah ada Widya yang aku cintai. Kamu baik dan cantik. Kamu akan mendapatkan yang terbaik. Tapi, bukan aku orangnya." Dimas menjelaskan dengan sangat hati-hati. Takut menyakiti Gita.

Isakan itu lirih terdengar. Gita menangis.
Dalam suasana kerja, sungguh Dimas tidak suka ada urusan asmara di dalamnya. Kini, itu menimpa padanya.
Oh tidak.....
Dimas tampak kebingungan melihat Gita menangis.

"Gita....." Dimas mendekati Gita yang menjauh.

"Aku ngerti.  Tapi hatiku yang tidak mengerti" Gita bicara sambil terisak.

"Oke..oke." Kita bicarakan itu nanti ya. Dimas mengusap air mata Gita. Dia tahu, tindakan ini salah. Dia seakan memberi harapan pada gadis itu. Tapi setidaknya meredakannya sementara waktu.

"Maafin Gita ya" Dia memeluk Laki-laki jangkung itu.
Dimas mengusap kepala Gita.
Aduh aku salah lagi bersikap seperti ini. Bathin Dimas.

Semuanya biasa saja setelah kejadian itu, Irvan mampu menengahi gejolak hati Gita yang serba salah. Sepulang dari kantor pemasaran. Gita memutuskan pergi dengan Irvan saja. Mereka mengunjungi angkringan pinggir jalan. Gita sedikit lega telah mengatakan isi hatinya pada Dimas. Sedang Dimas, sudah di jemput kekasihnya. Gita dan Irvan sempat di tawari Widya untuk bergabung. Tetapi Gita menolak. Takut tidak bisa menjaga sikap, bagaimana pun, Gita menghargai Widya. Widya gadis yang baik.

Rangkaian pekerjaan akhir minggu selesai, dengan hati yang sama-sama serba salah. Dimas dan Gita mampu menjalankan tugas mereka. Dimas sekarang  depresi. Setelah di Jakarta..., mampukah Dimas menyelesaikan omong kosong ini. Mampukah dia membuat Gita mengerti.
Entahlah.........

(Bersambung......)

Minggu, 28 Desember 2014

Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 3)



Kian hari, Gita semakin tidak bisa mengendalikan perasaannya terhadap Dimas. Bukannya semakin meredam gejolak hatinya, seolah Dia pura-pura tidak tahu kalau Dimas, atasannya itu. Telah memilih tambatan hati.
Gita tak mau tahu.

"Arrgghhh...." Gerutunya suatu malam minggu.
Bayang-bayang Dimas menghantuinya. Canda tawa Laki-laki sopan itu, membuatnya tersenyum sendiri.

"Pak Dimas lagi apa ya malam-malam begini" Gita bicara sendiri.

"Eh, Gita. Kamu kesambet atau kenapa? Ngomong sendiri. Senyum sendiri." Rara, sahabat Gita ketika kuliah di kampus jurusan Informatika. Kini tinggal bersama dengan Gita sejak Dua bulan yang lalu. Sekarang mereka sedang asyik berdua. Malam minggu, Duo jomblo ketemu.

"Ra, Aku rasa aku jatuh cinta" Gita beranjak dari tidurnya, mendekati Rara yang sedang asyik duduk membaca buku.

"Wah bagus dong, tak kirain kamu gak doyan cowok" Rara tertawa.
Rara tahu, Gita tidak mudah menyukai seseorang. Jika hari ini Gita jatuh cinta, Rara bersyukur, itu artinya sahabatnya masih normal.

"Namanya Dimas, Ra" Gita melanjutkan racaunya

"Oh...., yang kata kamu cowok populer di SMA itu, Git?" Rara mencoba mengingat cerita Gita pertama kali dia masuk kos.

"He'em, he'em...! Kok Kamu pinter, Ra." Gita semakin antusias.

''Lho bukannya Dimas sudah punya calon istri katamu" Jawab Rara datar.

"Yaitu, masalahnya. Aku suka sama Pak Dimas. Dia itu udah baik, sopan, tekun."

''What????? Sudah gila apa kamu. Itu calon suami orang masa iya mau kamu cintai. Sadar Neng, sadar. Di luar sana masih banyak cowok yang lebih dari Dimas. Kamu kira dunia selebar daun kelor apa?" Rara terperanjat dengan pernyataan Gita. Baru beberapa detik yang lalu Rara bersyukur, beberapa detik kemudian Rara di buat Gita khawatir. 

Gita cemberut. Bibirnya manyun. Ekspresinya sungguh lucu. Rara tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Gita.

"Lagian kenapa musti Dimas sih? Nanti aku kenalkan sama temen satu devisiku di kantor, pasti gak kalah cakep tuh sama Dimas, gak kalah pintar juga."

Rara tidak kaget dengan kelakuan sahabatnya itu. Gita itu menggebu-gebu, kadang suka menabrak aturan. Biasanya hanya peraturan kecil yang di langgar, meskipun Gita di akuinya lebih energik dan cekatan. Tapi ulahnya kali ini .
Oh tidak....

"Rara sayang, Mereka kan belum menikah, masih ada kesempatan. Kamu tahu kan aku bisa memenangkan banyak hal. Kali ini aku ingin memenangkan hati Pak Dimas." Tegas tanpa lelucon.

"Kamu gila" Rara kesal.

"Aku tidak akan menyerah" Gita bersemangat.

Rara frustasi dengan buku di wajahnya. Rara harus bertindak, jangan sampai gadis bodoh itu mengacaukan hubungan orang lain. Harus!!!!


***

Di tengah kota jogja, Widya tengah berbahagia mempersiapkan acara lamaran dari Dimas. Hampir semuanya beres. Baru lamaran saja, acara yang di gelar di rumahnya begitu ramai. Widya keturunan ningrat yang cantik tapi tetap modern dan modis.

Ah siapa yang tidak ingin menjadi pendampingnya????

Anggun dan santun seperti yang di ajarkan keluarganya.
Di usia yang ke-20 Tahun, Widya akan merenda cintanya bersama Dimas. Seorang laki-laki cerdas dan tampan. Dimas mengalahkan beberapa kandidat yang ingin mempersuntingnya. Tanggung jawab, cara  menjaganya, kesopanan Dimas mampu menaklukan hatinya.

"Apa kamu sudah siap Nduk hidup bersama Dimas?" Pertanyaan itu hadir dari sang ibunda. Ibundanya tahu,  Widya tidak mudah menaruh hati. Ibundanya hanya ingin memastikannya.

"Widya siap, Bu?" Widya menatap wajah ibunya.

"Baiklah...., doa ibu selalu menyertaimu Nduk"

"Terima kasih, Bu." Widya memeluk ibundanya.

Widya sedang menyulam benang-benang kebahagiaan. Harinya terbayang dengan angan dan harapan merenda hari bersama sang kekasih. Impiannya sebentar lagi menjadi kenyataan.


***

Rara kini terlibat dengan ulah Gita, Dia menyayangi sahabatnya. Bukan niat Gita ingin menyakiti hati orang lain. Dia hanya merasakan apa itu cinta..., masalahnya posisi dan pengalaman yang tidak dimiliki gadis tomboy itu harus menyeretnya dalam kasus yang salah. Sebagai sahabat, Rara hanya ingin menyelamatkan Gita, agar sahabatnya mengerti dalam cinta ada aturan dan hal-hal penting lainnya.

Rara harus menyusun rencana. Percuma kalau harus bicara dari hati ke hati dengan Gita. Rara tahu, bagaimana reaksi kimia yang di timbulkan dari jatuh cinta. Tidak logis, buta, tak mau tahu dan tak peduli dengan pendapat orang lain. Rara sering jatuh cinta, dan patah hati tentunya. Jumlah berapa kali dia jatuh cinta, sama persis dengan jumlah patah hatinya. Jelas kini dia harus melakukan dengan diam-diam tanpa sepengetahuan sahabatnya.

''Dulu aku sering di buat heran kenapa Gita susah jatuh cinta, eh sekali jatuh cinta sama calon suami orang" Telapak tangan di taruh keningnya. Masih berpikir. Pikirannya melayang, ke awang-awang menerobos awan dan terbang.

"Bertemu dengan Dimas" celetuknya di depan laptop warna pink bunga-bunga. Kini Rara pun ikut-ikut seperti orang kesambet. Menggumam sendiri.

"Tapi apa ya yang harus aku katakan.....???" Rara berpikir keras.

Tiba-tiba........

"Ahaaaaa...., Aku tahu apa yang harus aku lakukan" .........................

(Bersambung).....

Jumat, 19 Desember 2014

Bukan Suami Idaman




Untuk ku yang sudah berusia seperempat abad, menikah menjadi salah hal yang aku idamkan. Sudah hampir 4 tahun ini mendamba. Menjadi istri dan seorang ibu. Akan mudah di lalui jika aku tidak terlalu berambisi. Tapi, rasa ingin yang menggebu membuat aku sulit mengendalikan diri. Beberapa kali salah memilih kekasih, di bohongi orang yang ku anggap bisa ku percaya, terlibat dengan hubungan yang salah, melakukan dosa dosa, lupa diri dengan menyibukkan berpikir kenapa aku belum menikah ketimbang berusaha mendekat kepada Allah.

Allah Ampuni aku...

Bersyukur. itu lah yang sekarang harus ku lakukan. Bagaimana pun aku telah melewati masa sulit itu. Kini telah hadir seorang yang Mau menemaniku menapaki jalan kehidupan. Insya Allah.

Jujur saja Dia bukanlah calon suami idaman. Tapi semoga Dia calon suami yang baik. Patutkah aku yang tak sempurna ini, menutut hal yang sempurna.

Sebelum ini banyak deret nama Laki-laki yang mengisi relung hati. Apa yang kini dimiliki oleh calon suami, tak sebaik yang dulu di miliki Laki-laki yang pernah singgah di hati. Membuat hati kadang membandingkan.   Segi pekerjaan, kemapanan, fisik bahkan ibadah. Dia bukan lah yang terbaik.  Tapi, Bukankah Allah lebih tau apa yang kita butuhkan, Ketimbang apa yang kita inginkan.

Dia lebih mengerti kemarahanku, memaklumi sikap konyolku dan menebar tawa untukku. Semua terasa aman saja seandainya aku menjadi pendampingnya.Aku merasa baik-baik saja manjadi teman hidupnya. Insya Allah...!
 


Yang ku inginkan sekarang hanya menapaki jalan kehidupan dengan tenang, menjadi selayaknya manusia lain. Menikah, memiliki buah hati, menyekolahkan mereka dan... menutup hari senja tetap dalam kedaan iman dan taqwa. itu adalah proses yang di lalui seorang manusia.Semoga di tengah kehidupan, aku dapat berkarya dan bermanfaat pula.

Allah..., Izinkankan lah merenda hari-hari dalam iman, menjadi hamba yang baik. Kelak menjadi istri yang baik dan ibu yang baik. Izinkan aku mengukir jalan hidup. nyawa ini hanya selembar roh yang Engkau titipkan padaku. Semoga jalan hidup selalu atas ridho MU.


Aamiin .......