Minggu, 28 Desember 2014
Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 3)
Kian hari, Gita semakin tidak bisa mengendalikan perasaannya terhadap Dimas. Bukannya semakin meredam gejolak hatinya, seolah Dia pura-pura tidak tahu kalau Dimas, atasannya itu. Telah memilih tambatan hati.
Gita tak mau tahu.
"Arrgghhh...." Gerutunya suatu malam minggu.
Bayang-bayang Dimas menghantuinya. Canda tawa Laki-laki sopan itu, membuatnya tersenyum sendiri.
"Pak Dimas lagi apa ya malam-malam begini" Gita bicara sendiri.
"Eh, Gita. Kamu kesambet atau kenapa? Ngomong sendiri. Senyum sendiri." Rara, sahabat Gita ketika kuliah di kampus jurusan Informatika. Kini tinggal bersama dengan Gita sejak Dua bulan yang lalu. Sekarang mereka sedang asyik berdua. Malam minggu, Duo jomblo ketemu.
"Ra, Aku rasa aku jatuh cinta" Gita beranjak dari tidurnya, mendekati Rara yang sedang asyik duduk membaca buku.
"Wah bagus dong, tak kirain kamu gak doyan cowok" Rara tertawa.
Rara tahu, Gita tidak mudah menyukai seseorang. Jika hari ini Gita jatuh cinta, Rara bersyukur, itu artinya sahabatnya masih normal.
"Namanya Dimas, Ra" Gita melanjutkan racaunya
"Oh...., yang kata kamu cowok populer di SMA itu, Git?" Rara mencoba mengingat cerita Gita pertama kali dia masuk kos.
"He'em, he'em...! Kok Kamu pinter, Ra." Gita semakin antusias.
''Lho bukannya Dimas sudah punya calon istri katamu" Jawab Rara datar.
"Yaitu, masalahnya. Aku suka sama Pak Dimas. Dia itu udah baik, sopan, tekun."
''What????? Sudah gila apa kamu. Itu calon suami orang masa iya mau kamu cintai. Sadar Neng, sadar. Di luar sana masih banyak cowok yang lebih dari Dimas. Kamu kira dunia selebar daun kelor apa?" Rara terperanjat dengan pernyataan Gita. Baru beberapa detik yang lalu Rara bersyukur, beberapa detik kemudian Rara di buat Gita khawatir.
Gita cemberut. Bibirnya manyun. Ekspresinya sungguh lucu. Rara tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Gita.
"Lagian kenapa musti Dimas sih? Nanti aku kenalkan sama temen satu devisiku di kantor, pasti gak kalah cakep tuh sama Dimas, gak kalah pintar juga."
Rara tidak kaget dengan kelakuan sahabatnya itu. Gita itu menggebu-gebu, kadang suka menabrak aturan. Biasanya hanya peraturan kecil yang di langgar, meskipun Gita di akuinya lebih energik dan cekatan. Tapi ulahnya kali ini .
Oh tidak....
"Rara sayang, Mereka kan belum menikah, masih ada kesempatan. Kamu tahu kan aku bisa memenangkan banyak hal. Kali ini aku ingin memenangkan hati Pak Dimas." Tegas tanpa lelucon.
"Kamu gila" Rara kesal.
"Aku tidak akan menyerah" Gita bersemangat.
Rara frustasi dengan buku di wajahnya. Rara harus bertindak, jangan sampai gadis bodoh itu mengacaukan hubungan orang lain. Harus!!!!
***
Di tengah kota jogja, Widya tengah berbahagia mempersiapkan acara lamaran dari Dimas. Hampir semuanya beres. Baru lamaran saja, acara yang di gelar di rumahnya begitu ramai. Widya keturunan ningrat yang cantik tapi tetap modern dan modis.
Ah siapa yang tidak ingin menjadi pendampingnya????
Anggun dan santun seperti yang di ajarkan keluarganya.
Di usia yang ke-20 Tahun, Widya akan merenda cintanya bersama Dimas. Seorang laki-laki cerdas dan tampan. Dimas mengalahkan beberapa kandidat yang ingin mempersuntingnya. Tanggung jawab, cara menjaganya, kesopanan Dimas mampu menaklukan hatinya.
"Apa kamu sudah siap Nduk hidup bersama Dimas?" Pertanyaan itu hadir dari sang ibunda. Ibundanya tahu, Widya tidak mudah menaruh hati. Ibundanya hanya ingin memastikannya.
"Widya siap, Bu?" Widya menatap wajah ibunya.
"Baiklah...., doa ibu selalu menyertaimu Nduk"
"Terima kasih, Bu." Widya memeluk ibundanya.
Widya sedang menyulam benang-benang kebahagiaan. Harinya terbayang dengan angan dan harapan merenda hari bersama sang kekasih. Impiannya sebentar lagi menjadi kenyataan.
***
Rara kini terlibat dengan ulah Gita, Dia menyayangi sahabatnya. Bukan niat Gita ingin menyakiti hati orang lain. Dia hanya merasakan apa itu cinta..., masalahnya posisi dan pengalaman yang tidak dimiliki gadis tomboy itu harus menyeretnya dalam kasus yang salah. Sebagai sahabat, Rara hanya ingin menyelamatkan Gita, agar sahabatnya mengerti dalam cinta ada aturan dan hal-hal penting lainnya.
Rara harus menyusun rencana. Percuma kalau harus bicara dari hati ke hati dengan Gita. Rara tahu, bagaimana reaksi kimia yang di timbulkan dari jatuh cinta. Tidak logis, buta, tak mau tahu dan tak peduli dengan pendapat orang lain. Rara sering jatuh cinta, dan patah hati tentunya. Jumlah berapa kali dia jatuh cinta, sama persis dengan jumlah patah hatinya. Jelas kini dia harus melakukan dengan diam-diam tanpa sepengetahuan sahabatnya.
''Dulu aku sering di buat heran kenapa Gita susah jatuh cinta, eh sekali jatuh cinta sama calon suami orang" Telapak tangan di taruh keningnya. Masih berpikir. Pikirannya melayang, ke awang-awang menerobos awan dan terbang.
"Bertemu dengan Dimas" celetuknya di depan laptop warna pink bunga-bunga. Kini Rara pun ikut-ikut seperti orang kesambet. Menggumam sendiri.
"Tapi apa ya yang harus aku katakan.....???" Rara berpikir keras.
Tiba-tiba........
"Ahaaaaa...., Aku tahu apa yang harus aku lakukan" .........................
(Bersambung).....
Jumat, 19 Desember 2014
Bukan Suami Idaman
Untuk ku yang sudah berusia seperempat abad, menikah menjadi salah hal yang aku idamkan. Sudah hampir 4 tahun ini mendamba. Menjadi istri dan seorang ibu. Akan mudah di lalui jika aku tidak terlalu berambisi. Tapi, rasa ingin yang menggebu membuat aku sulit mengendalikan diri. Beberapa kali salah memilih kekasih, di bohongi orang yang ku anggap bisa ku percaya, terlibat dengan hubungan yang salah, melakukan dosa dosa, lupa diri dengan menyibukkan berpikir kenapa aku belum menikah ketimbang berusaha mendekat kepada Allah.
Allah Ampuni aku...
Bersyukur. itu lah yang sekarang harus ku lakukan. Bagaimana pun aku telah melewati masa sulit itu. Kini telah hadir seorang yang Mau menemaniku menapaki jalan kehidupan. Insya Allah.
Jujur saja Dia bukanlah calon suami idaman. Tapi semoga Dia calon suami yang baik. Patutkah aku yang tak sempurna ini, menutut hal yang sempurna.
Sebelum ini banyak deret nama Laki-laki yang mengisi relung hati. Apa yang kini dimiliki oleh calon suami, tak sebaik yang dulu di miliki Laki-laki yang pernah singgah di hati. Membuat hati kadang membandingkan. Segi pekerjaan, kemapanan, fisik bahkan ibadah. Dia bukan lah yang terbaik. Tapi, Bukankah Allah lebih tau apa yang kita butuhkan, Ketimbang apa yang kita inginkan.
Dia lebih mengerti kemarahanku, memaklumi sikap konyolku dan menebar tawa untukku. Semua terasa aman saja seandainya aku menjadi pendampingnya.Aku merasa baik-baik saja manjadi teman hidupnya. Insya Allah...!
Yang ku inginkan sekarang hanya menapaki jalan kehidupan dengan tenang, menjadi selayaknya manusia lain. Menikah, memiliki buah hati, menyekolahkan mereka dan... menutup hari senja tetap dalam kedaan iman dan taqwa. itu adalah proses yang di lalui seorang manusia.Semoga di tengah kehidupan, aku dapat berkarya dan bermanfaat pula.
Allah..., Izinkankan lah merenda hari-hari dalam iman, menjadi hamba yang baik. Kelak menjadi istri yang baik dan ibu yang baik. Izinkan aku mengukir jalan hidup. nyawa ini hanya selembar roh yang Engkau titipkan padaku. Semoga jalan hidup selalu atas ridho MU.
Aamiin .......
Selasa, 16 Desember 2014
Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 2)
Hari-hari Gita menjadi lebih berwarna. Penampilan tomboy dan apa adanya. Kini menjadi lebih modis dan trendy. Rambut yang biasa di ikat satu, sesekali tergerai indah terawat. Dia sendiri begitu takjub dengan perubahannya, dulu dia tak seperti ini.
Cinta kah yang mengubahnya???
Lagi-lagi pertanyaan itu muncul di dalam hatinya.
Padu padan kemeja polos dengan rompi hitam, kemeja bunga-bunga, atau sekedar kemeja pendek dengan blazer warna cerah. Menunjukkan sisi wanita yang lebih feminin.
Gita berubah.
***
''Pak Dimas sudah makan siang?" Gita rupanya menanti di depan kantor. Senyumnya riang, seriang hatinya.
"Ini aku mau makan siang, Git." Jawab Dimas buru-buru
"Wah kebetulan dong" Sahut Gita cepat.
"Kebetulan pacarku ngajakin makan siang. Yuk....., Bareng sekalian ya, Git"
"Pacarnya Pak Dimas??" Wajah Gita bingung.
"Udah ayo aja" Tangan Gita di gandeng Dimas, menuju restoran.
Di restoran sudah menanti seorang wanita muda, tampak anggun dengan dress panjang polos merah muda. Senyumnya menyambut. Rambutnya yang hitam pekat, kulitnya tidak seputih kulit Gita tapi terlihat segar dan sehat. Penampilan rapi, bersih dan wangi. Badannya yang langsing membuat dia semakin mempesona.
" Terima kasih Sayang, bersedia menanti kami"
''Tak apa, belum lama kok. Ini Gita ya? Mas Dimas sering menceritakan kamu" Widya tersenyum manis
Tangan Widya terulur pada teman yang di bawa kekasihnya. Tangan mereka berjabat.
Obrolan ringan Dimas dan Widya santai dan penuh tawa. Sesaat kemudian seorang pramusaji menyajikan pesanan. Lengkap dengan juice segar. Gita yang tadinya lapar, menjadi malas makan. Merasa canggung dengan semua ini. Kenapa dia tak pernah bertanya pada atasannya, sudahkah dia memiliki kekasih. Sementara hatinya, sudah menyimpan banyak harapan.
Ada rasa sakit di hati Gita, ada yang menusuk-nusuk di ulu hatinya. Kebersamaan yang di lihatnya siang ini sungguh membuat selera makannya punah. Ayam goreng panas kesukaannya pun tak menggairahkan lagi.
"Kok gak di makan, Git. Ayam goreng kan kesukaanmu" Dimas berbicara sambil melahap ayam bakar.
"Iya. Ini juga mau di makan kok" Jawab Gita sekenanya.
Wajah ayu di hadapannya saat ini. Membuat Gita cemburu. Rasa yang tak dia pahami sendiri.
***
Gita masih sama seperti biasanya. Energik dan rajin.
Tugas-tugas kantornya semua beres. Meski kadang hatinya kacau. Dimas semakin membuatnya jatuh cinta. Dimas tak pernah merubah sikap. Masih baik dan perhatian.
Dia juga ingin di cintai, seperti teman-temannya. Memiliki pasangan.
Dimaskah yang ingin sepenuhnya dicintainya ??? Laki-laki tampan dan selalu sopan. Tapi.....
(Bersambung.....)
Minggu, 14 Desember 2014
Aku Cemburu Pada Kekasihmu (Part 1)
Tetesan bening mengalir dari mata Gita. Kian detik, hujan dari mata bening itu menderas. Sesekali punggung tangannya mengusap.
Aku cemburu....., Bisikan hati terdengar mendengung di dalam hatinya.
Di dalam Cafe Strawberry, Gita di sudut ruangan termenung. Matanya tertuju pada meja di tengah Cafe. Dua sejoli tampak asyik mengobrol. Sesekali tangan mereka bersentuhan, mata saling menatap dan keceriaan tampak dari wajah si gadis.
Laki-laki itu, Dimas. Kakak kelas semasa SMA Gita, Cowok populer di masa itu. Siapa yang tak suka berteman dengannya. Wajah yang tampan, baik, sopan dan suka berteman. Di masa SMA, Gita tak pernah tertarik dengan cowok cakep seperti Dimas. Waktunya tersita untuk belajar dan main basket.
Tapi, kenyataan berkata lain hari ini. Mereka di pertemukan di perusahaan yang sama. Sampai pada waktunya mereka menjadi satu team marketing yang solid.
***
''Gita, jangan lupa siapkan selebaran dan semua perlengkapan presentasi kita. Akhir minggu ini kita ada acara di puncak bandung." Dimas datang menghampiri ke ruangan Gita.
"Siap pak bos!!!" jawab Gita semangat.
Dimas tersenyum, jarang sekali ada marketing wanita yang segesit Gita. Jarang mengeluh dan tepat waktu.
Meski Gita bawahannya, Dimas tak pernah menganggap begitu. Gita adalah team suksesnya.
Benih-benih cinta itu mulai hadir. Ketika Dimas selalu hadir dalam hari-harinya. Makan bareng, keceriaan yang di hadirkan laki-laki itu benar-benar mengubahnya. Gita yang begitu cuek, kini sedikit peduli dengan penampilan dan dandanannya. Jika tugas kantor lembur, Dimas menjadi orang yang pertama peduli bagaimana nasibnya di jalan. Gita akan di ajak makan malam di pinggir jalan dan di antar pulang.
Gadis mana yang tidak senang. Apalagi, Dimas memiliki pesona dan kharisma yang lebih ketimbang karyawan lain di kantor itu. Perusahaan pemasaran surat kabar tempat mereka bekerja.
"Gita...., Kok aku gak pernah liat kamu di jemput pacar kamu" Ucapnya di sela mereka makan nasi goreng di pinggiran kota jakarta.
Gita langsung keselek mendengar pertanyaan itu.
"Pacar ????" Gita memastikan pertayaan Dimas.
''Iya, pacar. Emang kamu gak punya pacar ya?" Tanya Dimas sedikit heran.
''Gak punya, Pak Dimas. Aku juga belum pernah jatuh cinta. Kata orang-orang sih menyenangkan. Belum kepikiran" Gita malah cekikikan. Padahal menurut Dimas itu pertanyaan yang lumrah.
''Kamu itu cantik, pintar dan energik. Pasti banyak laki-laki yang ngantri" Dimas menatap wanita itu dalam-dalam.
.
Wajahnya memerah, kala Dimas menatapnya seperti itu.
Setelah malam itu, ada rasa yang berbeda ketika Dimas di dekatnya. Deg-deg an, senang, gugup dan semangat. Gita selalu terbayang dengan Dimas, serasa setiap pagi tubuhnya begitu bersemangat masuk kerja.
Dia teringat kata sahabatnya waktu kuliah, Rara. Gadis yang entah berapa kali pacaran. Mengatakan jatuh cinta itu sungguh indah.
Apakah Gita juga jatuh cinta? Entahlah, bahkan dia sendiri belum bisa memastikannya.
(Bersambung......)
Aku cemburu....., Bisikan hati terdengar mendengung di dalam hatinya.
Di dalam Cafe Strawberry, Gita di sudut ruangan termenung. Matanya tertuju pada meja di tengah Cafe. Dua sejoli tampak asyik mengobrol. Sesekali tangan mereka bersentuhan, mata saling menatap dan keceriaan tampak dari wajah si gadis.
Laki-laki itu, Dimas. Kakak kelas semasa SMA Gita, Cowok populer di masa itu. Siapa yang tak suka berteman dengannya. Wajah yang tampan, baik, sopan dan suka berteman. Di masa SMA, Gita tak pernah tertarik dengan cowok cakep seperti Dimas. Waktunya tersita untuk belajar dan main basket.
Tapi, kenyataan berkata lain hari ini. Mereka di pertemukan di perusahaan yang sama. Sampai pada waktunya mereka menjadi satu team marketing yang solid.
***
''Gita, jangan lupa siapkan selebaran dan semua perlengkapan presentasi kita. Akhir minggu ini kita ada acara di puncak bandung." Dimas datang menghampiri ke ruangan Gita.
"Siap pak bos!!!" jawab Gita semangat.
Dimas tersenyum, jarang sekali ada marketing wanita yang segesit Gita. Jarang mengeluh dan tepat waktu.
Meski Gita bawahannya, Dimas tak pernah menganggap begitu. Gita adalah team suksesnya.
Benih-benih cinta itu mulai hadir. Ketika Dimas selalu hadir dalam hari-harinya. Makan bareng, keceriaan yang di hadirkan laki-laki itu benar-benar mengubahnya. Gita yang begitu cuek, kini sedikit peduli dengan penampilan dan dandanannya. Jika tugas kantor lembur, Dimas menjadi orang yang pertama peduli bagaimana nasibnya di jalan. Gita akan di ajak makan malam di pinggir jalan dan di antar pulang.
Gadis mana yang tidak senang. Apalagi, Dimas memiliki pesona dan kharisma yang lebih ketimbang karyawan lain di kantor itu. Perusahaan pemasaran surat kabar tempat mereka bekerja.
"Gita...., Kok aku gak pernah liat kamu di jemput pacar kamu" Ucapnya di sela mereka makan nasi goreng di pinggiran kota jakarta.
Gita langsung keselek mendengar pertanyaan itu.
"Pacar ????" Gita memastikan pertayaan Dimas.
''Iya, pacar. Emang kamu gak punya pacar ya?" Tanya Dimas sedikit heran.
''Gak punya, Pak Dimas. Aku juga belum pernah jatuh cinta. Kata orang-orang sih menyenangkan. Belum kepikiran" Gita malah cekikikan. Padahal menurut Dimas itu pertanyaan yang lumrah.
''Kamu itu cantik, pintar dan energik. Pasti banyak laki-laki yang ngantri" Dimas menatap wanita itu dalam-dalam.
.
Wajahnya memerah, kala Dimas menatapnya seperti itu.
Setelah malam itu, ada rasa yang berbeda ketika Dimas di dekatnya. Deg-deg an, senang, gugup dan semangat. Gita selalu terbayang dengan Dimas, serasa setiap pagi tubuhnya begitu bersemangat masuk kerja.
Dia teringat kata sahabatnya waktu kuliah, Rara. Gadis yang entah berapa kali pacaran. Mengatakan jatuh cinta itu sungguh indah.
Apakah Gita juga jatuh cinta? Entahlah, bahkan dia sendiri belum bisa memastikannya.
(Bersambung......)
RAYUKU
Lantunan rayuan menderu-deru
Menggelayut segunung rindu
Denyut nadi berirama syahdu
Mengundang dalam sayu dan cumbu
Ajarilah aku mantra pemikat
Mengikatmu, erat pekat
'Kan ku dekap hangat
Hingga setiap kata tercekat
Aku seorang perindu
Memburu
Menjejak kalbu
Lalu....???
Sudahlah..
Jadikan aku sandaran hatimu, pun ragamu.
Langganan:
Postingan (Atom)